Jumat, 15 April 2016



“3 PROFIL WIRAUSAHA SUKSES”

#RIEZKA RAHMATIANA


Perempuan kelahiran Mataram, 26 Maret 1986 silam ini memiliki sebuah usaha yakni JustMine Pisang Ijo. Produk ini dikembangkannya dari makanan tradisional khas Makassar yg terbuat dari bahan dasar pisang raja yg dibalut dg tepung beras, dan diberi warna hijau alami dari daun suji. Di tangan Riezka, pisang ijo ini diberi cita rasa baru dengan berbagai varian rasa, yaitu fla cokelat, vanila, stoberi, durian dan rasa orisinal pisang ijo khas Makassar.
Ketertarikannya menjajal bisnis pisang ijo terjadi ketika 2008, saat ia singgah ke sebuah restoran. Di sana, Riezka menikmati  minuman khas Makassar es pisang ijo. Ia pun jatuh cinta pada rasa minuman itu dan berniat untuk membuka bisnis es pisang ijo. Sukses itu membutuhkan perjuangan. Kerasnya tekad membawa Riezka dari jeratan jatuh bangun bisnis yang pernah ditekuninya. Mulai dari usaha pulsa, laundry hingga warung makan adalah sederet cerita pahit kegagalannya. Dan pisang ijo ini adalah bisnis yang ke-9 dari serangkaian bisnis Riezka Rahmatiana sebelumnya yang tidak berhasil. Riezka merintis usaha ini ketika ia menjadi mahasiswi di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung saat ia berusia 21 tahun.
 Banyak tantangan yg harus Ia hadapi, mulai dari membuat es pisang ijo yang banyak menemui kegagalan karena tidak semudah seperti yang dibayangkan, penjualan produk yg dalam sehari hanya terjual 5 porsi dg untung sekitar Rp5.000 saja, larangan keras kedua orang tua yg menganjurkan dia agar mencari pekerjaan yang aman, olokan atau ejekan rekan kuliahnya tentang produk yg dijualnya tersebut, bahkan ditipu rekan bisnisnya sendiri yg membawa kabur barang dagangannya yg bernilai puluhan juta rupiah. Modal awal waktu itu hanya Rp150.000. Dan pada akhirnya dengan bermodalkan Rp2.000.000, Riezka membuka gerai pertama es pisang ijo di depan kampusnya. Awalnya, ia harus bekerja keras memperkenalkan jenis makanan ini di Bandung karena banyak hinaan yg harus ia terima ketimbang pembelian produknya tersebut. Namun, usahanya tak sia-sia. Banyak masyarakat yg pada akhirnya menerima produk Riezka, hingga sekarang produk pisang ijo tersebut telah menjadi 300 gerai yg tersebar di seluruh Indonesia.
Awalnya pisang ijo ini hanya memiliki 23 cabang milik sendiri yang kemudian diwaralabakan hingga menjadi 250 cabang yg tersebar dari Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga, Papua. Kunci keberhasilannya Adalah fokus dan konsisten. Jika kita fokus dan konsisten maka pasti akan ada jalan.

 



#COLONEL SANDERS




Harland David Sanders lahir pada tanggal 9 September 1890 di Henryville, Indiana. Sejak kecil, Sanders sudah menghadapi berbagai cobaan hidup. Ayahnya meninggal dunia saat dia masih berusia 6 tahun dan Ibunya terpaksa harus bekerja keras menghidupi Sanders dan adiknya yang masih berusia 3 tahun. Karena ibunya harus pergi bekerja, Sanders pun bertugas untuk mengurus adiknya di rumah dan harus memasak untuk keluarganya.
 Pada umur 7 tahun ia sudah pandai memasak di beberapa tempat masak. Kemudian umur 10 tahun ia mendapatkan pekerjaan pertamanya di dekat pertanian dengan gaji 2 dolar/bulan. Kerasnya kehidupan dan kebutuhan yang mendesak membuat Sanders tak gentar menjajal berbagai pekerjaan di jalanan. Dan ketika berumur 12 tahun ibunya kembali menikah. Meski demikian, hidup Sanders masih penuh dg siksaan karena sang ayah tiri selalu memukulinya tanpa alasan yang jelas. Dia pun lari dari rumah atas izin ibu kandungnya dan mendapatkan pekerjaan di pertanian daerah Greenwood, Indiana. Selepas itu, ia berganti-ganti pekerjaan selama beberapa tahun. Mulai dari menjadi tukang parkir pada usia 15 tahun di New Albany, Indiana dan kemudian menjadi tentara yang dikirim selama 6 bulan ke Kuba. Dan kemudian menjadi petugas pemadam kebakaran, belajar ilmu hukum melalui korespondensi, praktik dalam pengadilan, salesman asuransi, sopir kapal uap, penjual ban, operator bengkel. sampai akhirnya bertahan sebagai penjaga pom bensin untuk Standard Oil. Ia juga mengalami putus sekolah saat masih di Sekolah Dasar karena tuntutan pekerjaan dan kerasnya hidup yg harus ia jalani tersebut.
Pada 1930 dengan uangnya, dia berhasil membeli pom bensin dan bengkel di daerah Kentucky. Di sana, dia melihat banyak pengendara mobil mencari makanan saat tengah mengisi bahan bakar atau membetulkan mobilnya. Namun, Sanders pada saat itu belum memiliki restoran. Ia pun menyajikan makanannya di ruang makan di bengkel tersebut. Karena semakin banyak orang yang datang ke tempatnya untuk makan, akhirnya ia pindah ke seberang jalan dekat penginapan dg restoran yg  bisa menampung 142 orang.
          Citra Sanders semakin baik. Gubernur Ruby Laffoon memberi penghargaan Kentucky Colonel pada tahun 1935 atas kontribusinya bagi negara bagian Cuisine. Dan pada tahun 1939, keberadaannya pertama kali terdaftar di Duncan Hines “Adventures in Good Eating”. Di awal tahun 1950 jalan raya baru antar negara bagian direncanakan melewati kota Corbin. Melihat akan berakhir bisnis yg dibukanya tersebut, Sanders akhirnya menutup restorannya. Setelah membayar sejumlah uang, ia mendapatkan tunjangan sosial hari tuanya sebesar $105.
          Pada tahun 1952 Sanders akhirnya membuka usaha waralaba. Ia pun pergi jauh menyeberangi negara dg  mobil dari satu restoran ke restoran lainnya untuk menawarkan resepnya. Memasak sejumlah ayam untuk pemilik restoran dan karyawannya. Sebagai mantan koki, dia percaya bahwa resepnya akan diminati banyak restoran dan mau diajak bekerjasama untuk membuka usaha waralaba dengan menggunakan lisensinya. Sayangnya lebih dari 1000 restoran menolak resep yang ditawarkannya, tapi dia tidak menyerah begitu saja dan terus berkeliling sampai tiba di restoran ke 1008 yang mau membelinya dan mengembangkan usaha waralaba yang diberi nama KFC. Sebelum berhasil membuat resep ayam gorengnya, selama 9 tahun ia berusaha menyempuranakan metode memasak ayam goreng dengan menggunakan sebelas bumbu dan rempah–rempah. Dengan resep masakan itu, daging ayamnya menjadi empuk, renyah, dan gurih.
          Ia juga menggunakan pressure cooker yang lebih cepat memasak ayam dari pada penggorengan biasa dan meningkatkan cita rasanya. Sehingga saat ini orang mengenalnya dg restoran cepat saji atau fast food.
          Pada tahun 1964, Colonel Sanders sudah memiliki lebih dari 600 outlet waralaba untuk ayam gorengnya di seluruh Amerika dan Kanada. Pada tahun itu juga ia menjual bunga dari pembayarannya untuk perusahaan Amerika sebanyak 2 juta dolar kepada sejumlah grup investor termasuk John Y Brown Jr, (kelak menjadi Gubernur Kentucky). Pada tahun 1976, sebuah survey independen menempatkan Kolonel Sanders sebagai peringkat kedua dari deretan selebriti yang terkenal di dunia.
Di bawah pemilik baru, perusahaan Kentucky Fried Chicken tumbuh pesat yang kemudian menjadi perusahaan terbuka pada 17 Maret 1966, dan terdaftar pada New York Stock Exchange pada 16 Januari 1969. Lebih dari 3.500 waralaba dan restoran yang dimiliki perusahaan ini beroperasi hampir di seluruh dunia. Kentucky Fried Chicken menjadi anak perusahaan dari RJ Reynolds Industries, Inc. (sekarang RJR Nabisco, Inc.), semenjak Heublein Inc. diakuisisi oleh Reynolds pada tahun 1982. KFC diakuisisi pada Oktober 1986 dari RJR Nabisco Inc oleh PepsiCo Inc, seharga kurang lebih 840 juta dolar.
          Pada Januari 1997, PepsiCo, Inc mengumumkan spin-off restoran cepat sajinya — KFC, Taco Bell dan Pizza Hut – menjadi perusahaan restoran independen, Tricon Global Restorans Inc. Pada Mei 2002, perusahaan ini mengumumkan persetujuan pemilik saham untuk merubah nama perusahaan menjadi Yum! Brands Inc. Perusahaan, yang dimiliki oleh A&W All-American Food Restorans, KFC, Long John Silvers, Pizza Hut dan Taco Bell restorans, adalah perusahaan restoran terbesar di dunia dalam kategori unit system dengan jumlah mendekati 32,500 di lebih dari 100 negara dan wilayah.
          KFC berkembang pesat. Kini, lebih dari 1M ayam goreng hasil resep Sansers ini dinikmati setiap tahunnya, bukan hanya di Amerika Utara, bahkan tersedia hampir di 80 negara di seluruh dunia. Tapi Colonel Sanders tidak lagi bisa menyaksikannya. Pada 1980, di usia 90 tahun, ia terserang leukemia. Ia meninggal seusai melakukan perjalanan 250.000 mil dalam satu tahun kunjungannya ke restoran KFC di seluruh dunia. “Impian meraih sukses tidak harus di masa kecil. Impian bisa juga di saat usia senja.” Colonel Sanders, pendiri KFC.

  



#TIRTO  UTOMO





Pria kelahiran Wono­sobo, Jawa Tengah 8 Maret 1930 ini pada masa SMP nya harus bersekolah di Mage­lang yang berjarak sekitar 60 Km dari rumahnya. karena me­mang di Wonosobo pada saat itu belum ada SMP. Per­ja­lanan itu ditempuh dg menggunakan se­peda. Dia dibesarkan dari anak seorang pengusaha susu sapi pedagang ternak. Lulus SMP, Tirto Utomo melanjutkan sekolah ke HBS (sekolah setingkat SMA di zaman Hindia Belanda) di Semarang dan kemudian di Malang. Selama dua tahun kuliah di Universitas Gajah Mada yang ada di Surabaya, dia mengisi waktu luang dengan menjadi wartawan Jawa Pos dengan tugas khusus meliput berita-berita pengadilan. Namun, karena kuliah tidak menentu, akhirnya Tirto pindah ke Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Di Jakarta sambil kuliah, ia bekerja sebagai Pimpinan Redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna.
          Musibah datang pada tahun 1959 saat Tirto diberhentikan sebagai pimpinan redaksi Sin Po. Akibatnya sumber keuangan keluarga menjadi tidak jelas. Namun, akibat peristiwa itulah Tirto Utomo memiliki kemauan yang bulat untuk menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum UI. Pada Oktober 1960 Tirto Utomo berhak menyandang gelar Sarjana Hukum. Setelah itu, dia melamar ke Permina (Perusahaan Minyak Nasional) yang merupakan cikal bakal Pertamina. Setelah diterima, ia ditempatkan di Pangkalan Brandan. Di sana, keperluan mandi masih menggunakan air sungai. Dia bertugas menjamu delegasi sebuah perusahaan Amerika Serikat. Namun jamuan itu terganggu ketika istri ketua delegasi mengalami diare yang disebabkan karena mengonsumsi air yang tidak bersih. Tirto kemudian mengetahui bahwa tamu-tamunya yang berasal dari negara Barat tidak terbiasa meminum air minum yang direbus, tetapi air yang telah disterilkan.                  Inisiatif bisnis pun segera datang. Bersama adiknya, dia mulai mempelajari cara memproses air minum dalam kemasan. Adiknya, Slamet Utomo diminta untuk magang di Polaris, sebuah perusahaan AMDK yang ketika itu telah beroperasi 16 tahun di Thailand. Tidak mengherankan bila pada awalnya produk Aqua menyerupai Polaris mulai dari bentuk botol kaca, merek mesin pengolahan air, sampai mesin pencuci botol serta pengisi air. Meskipun saat itu air mineral dalam  kemasan belum ada di Indonesia, Tirto tetap yakin dengan langkahnya dan keluar dari tempat kerjanya yang mapan di Pertamina.
 Pada tahun 1982, Tirto mengganti bahan baku (air) yang semula berasal dari sumur bor ke mata air pegunungan yang mengalir sendiri (self-flowing spring) karena dianggap mengandung komposisi mineral alami yang kaya nutrisi seperti kalsium, magnesium, potasium, zat besi, dan sodium. Usai mengerti cara kerja pembuatan air minum dalam kemasan, Tirto men­dirikan  pabrik pertamanya di Pondok Ungu, Bekasi, dan  menamai pabrik itu Golden Missisippi dengan kapasitas produksi 6 juta liter/tahun. Tirto sempat ragu dengan nama Golden Missisippi yang meskipun cocok dengan target pasarnya, ekspatriat, namun terdengar asing di telinga orang Indonesia. Konsultannya, Eulindra Lim, mengusulkan untuk menggunakan  nama Aqua karena cocok terhadap imej air minum dalam botol serta tidak sulit untuk diucapkan dan mudah diingat selain bermakna ‘air’.Tirto kemudian mengubah merek produknya dari Puritas menjadi AquaAqua sebenarnya bukan nama asing baginya. Dia sendiri sering memakai nama samaran ‘A Kwa’ yang bunyinya mirip dengan ‘Aqua’ semasa masih menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna di akhir tahun 1950. Nama A Kwa sendiri diambil dari nama aslinya yaitu Kwa Sien Biauw sedangkan nama Tirto Utomo mulai dipakainya pertengahan tahun 1960-an yang tidak sengaja diambil yang berarti ‘air yang utama’.
 Dengan bantuan Willy Sidharta, sistem distribusi Aqua bisa diperbaiki. Dia menciptakan konsep delivery door to door khusus yang menjadi cikal bakal sistem pengiriman langsung Aqua. Konsep pengiriman menggunakan kardus² dan galon² menggunakan armada yang didesain khusus membuat penjualan Aqua secara konsisten membaik. 
          Tahun 1974 -1978 adalah masa-masa sulit bagi perusahaan ini. Apalagi permintaan konsumen masih sangat rendah. Masyarakat kala itu masih “asing” dengan air minum dalam kemasan. Apalagi harga 1 liter Aqua lebih mahal daripada harga 1 liter minyak tanah. . “Dulu bukan main sulitnya. Dikasih saja orang tidak mau. ‘Untuk apa minum air mentah’, itulah celaan yang tak jarang kami terima”, ujar Willy Shidarta selaku sales dan perakit mesin pabrik pertama Aqua sekaligus anak kandung dari Tirto Utomo. Tapi, pemilik Aqua tidak menyerah. Dengan berbagai upaya dan kerja keras, akhirnya Aqua mulai diterima masyarakat luas. Bahkan tahun 1978, Aqua telah mencapai titik BEP. Dan saat itu menjadi batu loncatan kisah sukses Aqua yang terus berkembang pesat. Saat itu memang produk Aqua ditujukan untuk market kelas menengah ke atas, baik dalam rumah tangga, kantor-kantor dan restoran. Namun sejak tahun 1981, Aqua telah berganti kemasan dari semula kaca menjadi plastik sehingga melahirkan berbagai varian kemasan. Hal ini menyebabkan distribusi yang lebih mudah dan harga yang lebih terjangkau sehingga produk Aqua dapat dijangkau masyarakat dari berbagai kalangan. 
          Dari sisi kemasan, Aqua juga menjadi pelopor. Botol plastiknya yang semula berbahan PVC yang tidak ramah lingkungan, sejak 1988 telah diganti menjadi bahan PET. Padahal saat itu di Eropa masih menggunakan bahan PVC. Selain itu desain botol Aqua berbentuk persegi bergaris yang mudah dipegang telah menggantikan desain botol bulat Eropa. Bahkan botol PET ciptaan Aqua ini telah dijadikan standar dunia.
          Pada 1984, Pabrik AQUA kedua didirikan di Pandaan, Jawa Timur. Dan Pada 1995, Aqua menjadi pabrik air mineral pertama yang menerapkan sistem produksi in line di pabrik Mekarsari. Pemrosesan air dan pembuatan kemasan AQUA dilakukan bersamaan. Hasil sistem in-line ini adalah botol AQUA yang baru dibuat dapat segera diisi air bersih di ujung proses produksi, sehingga proses produksi menjadi lebih higienis.
          Aqua juga sukses di  mancanegara. Sejak 1987, produk Aqua telah diekspor ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Fillipina, Australia, Maldives, Fuji, Timur Tengah dan Afrika. Berbagai prestasi dan penghargaan pun didapatkan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. 
          Pada tahun 1998, karena ketatnya persaingan dan munculnya pesaing-pesaing baru, Lisa Tirto sebagai pemilik Aqua Golden Mississipi sepeninggal ayahnya Tirto Utomo, menjual sahamnya kepada Danone pada 4 September 1998. Akusisi tersebut dianggap banyak pihak sebagai langkah tepat setelah beberapa cara pengembangan tidak cukup kuat menyelamatkan Aqua dari ancaman pesaing baru. 
          Langkah ini berdampak pada peningkatan kualitas produk dan menempatkan AQUA sebagai produsen air mineral dalam kemasan (AMDK) yang terbesar di Indonesia. Pada tahun 2000, bertepatan dengan pergantian milenium, Aqua meluncurkan produk berlabel Danone-Aqua.
Almarhum Tirto Utomo pun dinobatkan sebagai pencetus air minum dalam kemasan dan masuk dalam “Hall of Fame” . Dan berdasarkan survey Zenith International, sebuah badan survey Inggris, Aqua dinobatkan sebagai merk air minum dalam kemasan terbesar di Asia Pasifik, dan air minum dalam kemasan nomor dua terbesar di dunia.
“Banyak orang mengira bahwa memproduksi air kemasan adalah hal yang mudah. Mereka pikir yang dilakukan hanyalah memasukkan air kran ke dalam botol. Sebetulnya, tantangannya adalah membuat air yang terbaik, mengemasnya dalam botol yang baik dan menyampaikannya ke konsumen.” - Tirto Utomo.
Tirto Utomo memang sudah wafat dari tahun 1994 namun prestasi Aqua sebagai produsen air minum dengan merek tunggal terbesar di dunia tetap dipertahankan sampai sekarang.



KETERANGAN:
Dari ketiga sosok wirausahawan diatas, saya dapat menyimpulkan bahwa ketiga-tiganya memiliki karaktek yg gigih dan pantang menyerah. Namun untuk Wirausahawan Tirto Utomo, dia sedikit memliki keraguan terhadap nama Golden Missisippi yang meskipun itu cocok dengan target pasarnya, ekspatriat, namun terdengar asing di telinga orang Indonesia. Dia juga sering mendapat hinaan dan cercaan setiap orang yg dia tawari untuk membeli ar minum kemasan tersebut. Namun, dia memiliki keluarga dan saudara yg mendukung penuh atas usahanya tersebut hingga sekarang produknya menjadi produk nomor 1 di Indonesia dan produk yg bermutu di dunia. Berbeda halnya bagi Riezka Rahmatiana dan Colonel Sanders. Mereka jauh sekali dari dukungan keluarga. Namun meskipun begitu, 2 orang wirausahawan ini memiliki masalah yg berbeda. Riezka Rahmatiana yg mendapat larangan keras dari kedua orang tua karena bisnisnya tersebut tergolong memiliki resiko yg cukup besar sehingga orang tua Riezka menyuruhnya untuk bekerja yg aman. Juga olokan dari teman² kuliahnya yg menganggap bahwa produk Riezka bukanlah produk yg bermutu dan tergolong sangat tradisional. Namun karena tetap fokus dan konsisten, akhirnya Riezka pun dapat membuktikan kepada semua orang bahwa dirinya dapat berhasil dan mampu mandiri tanpa kedua orang tua. Hingga orang tua dan teman² Riezka pun ikut bangga terhadap keberhasilannya tersebut. Berbanding jauh dengan Riezka dan Tirto, Colonel Sanders lahir dari keluarga yg kurang mampu. Namun dia dapat memotivasi dirinya sendiri untuk lebih maju dan berhasil, kerasnya kehidupan telah ia rasakan sejak kecil. Kurangnya kasih sayang dari kedua orang tua dan bahkan siksaan dari ayah tirinya bukan menjadi alasan Sanders untuk menjadi orang yg bermalasan. Justru hal tersebut menjadi pemicu dirinya untuk bangkit dari keterpurukan tersebut. Perlahan tapi pasti dengan kesabaran dan jiwa pantang menyerahnya itu Sanders melakoni segala macam pekerjaan sedari ia kecil. Bahkan Sekolah Dasar pun ia tidak lulus. Berkat hobi dari memasaknya tersebut Sanders akhirnya mencoba menapaki usaha di bidang kuliner khususnya ayam goreng. Meski awalnya lebih dari 1000 restoran yg menolak untuk bekerja sama dengannya karena menu yg dibawanya dianggap terlalu sederhana dan biasa, namun pada restoran ke 1008 nya ia dapat memulai usahanya tersebut hingga sekarang yg telah menyebar ke seluruh dunia.

CATATAN:
Dari ketiga wirausahawan tersebut, saya ingin memiliki karakter seperti halnya Colonel Sanders. Dia bukan terlahir dari keluarga kaya dan mampu, seperti halnya saya. Namun, dia dapat membuktikan bahwa dari anak orang miskin dan kurang mampu pun dapat menjadi seorang wirausahawan yang sukses dan mendunia berkat percaya diri dan tekad yg kuat. Dia tidak memiliki kasih sayang kedua orang tua, namun meskipun begitu dia mampu membuktikan kepada orang tuanya bahwa dia bisa dan mampu untuk maju tanpa bantuan dari mereka. Terakhir, meskipun Sanders bukanlah orang yg dapat dikatakan muda lagi namun Semangat dan kerja kerasnya tidak ada yg mampu mengalahkan.